Rabu, 08 Februari 2012

pengertian tauhid


Para ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah memberikan ta'rif (definisi) kata tauhid dengan redaksi yang beragam. 

Disebutkan dalam Lisan al-Arab, tauhid adalah beriman kepada Allah Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya. 

Al-Imam al-Junaid al -Baghdadi berkata:

"التَّوْحِيْدُ إِفْرَادُ الْقَدِيْمِ مِنَ الْمُحْدَثِ" (رواه الخطيب البغدادي وغيـره). 

Maknanya: "Tauhid adalah mensucikan Allah yang maha Qadim dari menyerupai makhluk-Nya" (diriwayatkan oleh al-Imam al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi)

Pernyataan ini sekaligus mengandung bantahan terhadap keyakinan Hulul dan Wahdatul Wujud.

A-Hafidz Ibn Hajar al-'Asqalani mengatakan: adapun kaum Ahlussunnah Wal Jama'ah, mereka menafsirkan kata "tauhid" dengan menafikan (mentiadakan) "tasybih" dan "ta'thil" bagi Allah.

Kesimpulannya, pengertian "tauhid" adalah meng-Esa-kan Allah dalam Dzat, Sifat, Af'al (perbuatan)-Nya, dan meng-Esa-kan Allah dalam beribadah kepada-Nya, dengan keyakinan bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dari satu segi maupun semua segi.

Allah berfirman:

[لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءٌ ] (الشورى: 11).

Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya” (Q.S. asy-Syura: 11).

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah ditanya oleh sahabat tentang perbuatan yang paling utama, kemudian beliau menjawab:

"أفضل الأعمال إِيْمَانٌ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ" (رواه البخاري)
.
Maknanya: Sebaik-baik amal adalah iman kepada Allah dan Rasul-Nya (H.R. al Bukhari).

Disadur dari kitab aqidatul muslimin yang dibubuhi setempel al azhar supaya disebarkan.

Kata qadim, jika di sifatkan (dinisbatkan) kepada Allah, artinya: tidak ada permulaan bagi Dzat Allah. Jika dinisbatkan untuk makhluk, artinya telah berlalu padanya masa yang lama.

Ini juga merupakan bantahan terhadap orang-orang yang membagi tauhid menjadi tiga macam; Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah dan Tauhid al Asma' wa ash-Shifat. Pembagian tauhid ini menyalahi Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Maksud dan tujuan dari pembagian ini adalah untuk mengkafirkan orang-orang mukmin yang bertawassul dengan para nabi dan orang-orang shalih, mengkafirkan orang-orang mukmin yang mentakwil ayat-ayat yang mengandung sifat-sifat Allah dan mengembalikan penafsirannya kepada ayat-ayat muhkamat. Ini berarti pengkafiran terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah yang merupakan kelompok mayoritas di kalangan umat Muhammad.

[3] Tasybih adalah menyerupakan (menyamakan) Allah dengan makhluk-Nya.
[4] Ta'thil adalah menafikan (mentiadakan) sifat bagi Allah ta'ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar