Betapa
ironisnya bila kita banyak mengetahui syariat tetapi tidak mengenal
pribadi Rosulullah saw. Kemudian dengan mudah mencela dan mencaci kepada
sesama muslim hanya karena perbedaan pendapat dengan memberikan
tuduhan-tuduhan sebagai ahli bid’ah, syirik, kafir, harta dan darahnya
halal dan lain sebagainya. Hal ini seharusnya tidak sampai terjadi kalau
kita menjadikan Rosulullah saw sebagai contoh dalam berkata dan
bersikap. Allah swt berfirman dalam surat At-Taubah ayat 128 yang artinya,” Sesungguhnya
telah datang padamu seorang rosul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan )
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Rosulullah
SAW adalah figur yang ideal yang mampu menampilkan Islam dalam segala
aspek kehidupan, mulai dari perilaku, ucapan, ibadah dan muamalah.
Kepribadian Rasulullah penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Tutur
katanya mengandung mutiara hikmah yang sangat berharga, menyentuh dan
merasuk ke lubuk sanubari para sahabat radliyallahu ‘anhum. Tak pernah
terlontar ucapan caci maki dari bibir indah utusan mulia itu. Setiap
nasehatnya menyejukkan hati, menyentuh kalbu, dan meneguhkan iman.
Perilaku luhur ini tidak hanya beliau tampilkan dihadapan para sahabat
dan kaum muslimin, tetapi juga di hadapan para penentang ajaran beliau.
Rosulullah tetap bersikap sejuk Di hadapan kaum yahudi, nasrani, kaum
munafiqun maupun kaum musyrikun selama mereka tidak memerangi nabi.
Tentu kita ingat dalam suatu riwayat menyebutkan bagaimana Rasulullah
menghormat dengan berdiri ketika ketika ada jenazah kaum zahudi yang
lewat. Keagungan akhlaq Rasulullah luar biasa, Karena itu tak heran bila
banyak orang yang berduyun-duyun memeluk agama Islam, padahal awalnya
mereka adalah para penentang ajaran nabi SAW.
Demkianlah jejak hidup Baginda Rosulullah yang agung menjadi episode sejarah yang gemilang, sarat dengan ketauladanan. Etika dakwah yang menyentuh ini kemudian dilanjutkan oleh para penerus perjuangan beliau. Para
sahabat, tabi’in dan ulama’ pembawa risalah islam menyebar ke seantero
negeri dengan perilaku yang sejuk dan tidak mencaci maki seperti para
walisongo penyebar dakwah di bumi pertiwi ini. Mereka membawa ajaran
Islam dengan kemasan yang santun dan simpatik. Tidak dengan caci maki,
intimidasi atau perang. Meskipun para wali tersebut berhadapan dengan
masyarakat yang beragama hindu, budha, ateis dan animisme, namun para
wali ini tidak gegabah mengklaim masyarakat nusantara dengan tuduhan
kafir, syirik dan pagan.
Secara
perlahan namun pasti para wali memberikan pencerahan agar mereka mau
memeluk agama Islam yang suci. Maka efek kearifan yang ditunjukkan oleh
para pembawa risalah Islam tersebut sangat kongkret, sehingga Indonesia menjadi negeri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia sampai saat ini, tanpa harus perang, intimidasi apalagi cacimaki.
Apabila
dengan umat lain dituntut adanya kearifan, lalu bagaimana dengan
saudara-saudara sesama muslim? Tentu sangat tidak layak bagi kita
mencaci apalagi membunuh, menteror, mengintimidasi sesama muslim hanya
karena berbeda pendapat dengan kita.
Sungguh
sangat fatal akibatnya bila kita terbiasa dengan bebiasaan2 jelek
tersebut yang tentu akan merusak persaudaraan dan persatuan umat islam
sehingga musuh2 islam akan lebih mudah untuk mengadu domba. Ini salah
satu permasalah umat Islam yang seharusnya segera kita selesaikan
sehingga ukhuwah Islamiyahnya kokoh. Namun sebagian umat islam
sepertinya ada yang tidak menghendaki bahkan mereka menganggap persatuan
umat akan terwujud kalau umat islam yang lain mau mengikuti pendapat
dan faham mereka.Ini sesuatu yang sulit mengingat begitu banyak aliaran
atau kelompok dalam Islam dengan segala perbedaannya. Yang dibutuhkan
adalah bagaiamana masing2 kelompok bisa saling menghargai, tenggang rasa
dan hormat-menghormati. Bukankah perbedaan pendapat dan kemajemukan itu
memang sudah menjadi takdir Ilahi?
Sesungguhnya
konsep persaudaraan persatuan umat islam yang diberikan Allah dan
Rosul-Nya sungguh luar biasa. Banyak firman Allah dan sabda Rosulallah
yang menjelaskan masalah ini. Dalam firman-Nya, Allah telah menegaskan
bahwa orang beriman harusnya tidak bercerai berai, kalau ada yang
bertikai haurslah didamaikan karena mereka adalah bersaudara. Begitu
juga dengan sabda Rosul-Nya bahwa,” sesama muslim itu bersaudara, tidak
menghianatinya, tidak menghinakannya, bagaikan satu tubuh bila ada yang
sakit bagian yang lain ikut merasakan, bagaikan satu bangunan yang
saling mengokohkan, haram kehormatan-harta dan darahnya dan masih banyak
lagi.”
Kalau
kita melihat sejarah betapa bahayanya dan dampak yang mengerikan akibat
dari mudahnya mencela dan menuduh saudaranya dengan tuduhan yang keji
sebagaimana yang dialami oleh Sahabat yang dijamin masuk surga oleh
Rasulullah saw yaitu saidina Ali karromallahu wajhahu yang dituduh
kafir. Begitu juga masa-masa setelah itu banyak terjadi fitnah yang
menyebabkan terjadinya pertumpahan darah diantara sesama muslim. Bahkan
konon tumbangnya kejayaan islam di Spanyol diantara penyebabnya adalah
adanya perpecahan dan saling mencela dintara aliran-aliran dalam islam.
Bahkan lagi sampai saat ini pun kita bisa lihat sendiri, Negara-negara
yang masih terjadi pergolakan, saling membunuh diantara saudaranya dan
persoalan-persoalan yang tidak selesai-selasai apalagi ada cumpur tangan
musuh-musuh Islam. Kita lihat, nasib palestina yang tak kunjung
selesai, Afganistan, Irak, Kasymir dan yang lainnya.
Kenapa
kita tidak sadar-sadar akan hal ini ? Betapa bodohnya kita bila mudah
diadu domba. Bukankah Allah telah memberikan tuntunan yang sangat bagus
bila terjagi perbedaan? Firman-Nya dalam surat A-Nahl ayat 125, Allah berfirman:” Serulah
(Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” Sekiranya
perbedaan itu bukan sesuatu hal yang prinsip atau pokok dalam islam,
sikap tenggang rasa dan saling menghormati demi persaudaraan dan
persatuan. Namun bila itu perbedaan menyangkut hal prinsip atau pokok
sehingga terjadi istilah sekarang penodaan agama, harusnya diselesaikan
dengan jalur hokum tidak dengan kekerasan.
Lebih
baik mari kita lebih fokus pada permasalah umat yang real diantaranya
bagaimana mengatasi kemiskinan, kebodohan, menjaga ukhuwah islamiyah,
mendamaikan saudara2 kita yang masih bertikai, membantu menyelesaikan
permasalahan saudara2 kita yg sampai saat ini di negaranya masih
bergolak dengan perang misalnya di Palestina, Iraq,
Afganistan, Kasymir dll. Mudah-mudhan Allah SWT senantiasa memberikan
kita kekuatan dan hidayah-Nya kepada umat Islam sehingga bisa menjaga
ukhuwah dan persatuan. Hanya Allah Dzat yang Maha mengetahui segala kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar